Omzet Anjlok 70%! UMKM Menjerit Akibat Demonstrasi Ricuh di Jakarta dan Kota Besar

UMKM Menjerit Akibat Demonstrasi Ricuh di Jakarta dan Kota Besar

ZonaUpdate.com – Demonstrasi besar yang berlangsung pada 31 Agustus 2025 tak hanya mengguncang dunia politik. Dampaknya merembet langsung ke sektor ekonomi rakyat, terutama pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Di balik headline tentang bentrokan dan perusakan fasilitas, ada suara lirih dari warung makan, kios kelontong, hingga pedagang kaki lima yang terpaksa menutup lebih awal karena takut dan rugi.

umkm menjerit akibat demonstrasi ricuh
image generated by AI

Omzet Turun Drastis, Pelanggan Hilang

Siti (42), pemilik warung makan sederhana di kawasan Jakarta Pusat, tampak murung ketika ditemui. Biasanya, ia bisa menjual 80–100 porsi nasi rames setiap hari. Namun sejak demonstrasi pecah, pelanggan yang datang bisa dihitung dengan jari.

"Sejak demo mulai ricuh, pelanggan turun drastis. Biasanya jam makan siang ramai, sekarang sepi. Saya khawatir kalau begini terus, modal harian tidak kembali,” keluhnya.

 

Siti bukan satu-satunya. Sejumlah pedagang kecil di kawasan demonstrasi melaporkan penurunan omzet hingga 70 persen dalam dua hari terakhir. Konsumen enggan keluar rumah, sementara pekerja kantoran memilih makan siang di dalam gedung demi keamanan.

Distribusi Barang Terganggu

Tak hanya soal pelanggan, rantai distribusi barang juga ikut kacau. Rizky (35), pedagang kelontong di Yogyakarta, mengaku kesulitan mendapat pasokan barang dari distributor.

“Barang-barang terlambat datang. Harga beras dan minyak naik. Saya bingung kalau harus naikin harga lagi ke pembeli. Kalau nggak naik, saya rugi,” ujarnya.
 

Kondisi ini membuat UMKM serba salah. Di satu sisi, mereka harus menjaga pelanggan agar tetap membeli. Di sisi lain, biaya logistik meningkat akibat jalan-jalan utama ditutup aparat.

Tenaga Kerja Harian Kehilangan Pekerjaan

UMKM banyak mengandalkan pekerja lepas atau harian. Dengan menurunnya omzet, pemilik usaha terpaksa memangkas jam kerja.

Budi (27), pekerja part-time di sebuah gerai minuman kecil di Jakarta Selatan, mengaku hanya dipanggil bekerja dua kali dalam seminggu terakhir.

“Biasanya saya dapat jadwal 5–6 kali seminggu. Sekarang hanya 2 kali. Pendapatan saya langsung turun separuh. Padahal, ini satu-satunya penghasilan,” jelasnya.
 

Fenomena ini menambah beban hidup pekerja informal yang jumlahnya cukup besar di sektor UMKM.

Ketidakpastian Modal dan Keberlangsungan Usaha

Bagi UMKM yang sedang berencana memperluas usaha atau mencari pinjaman modal, situasi ini menjadi kabar buruk. Sejumlah koperasi dan lembaga keuangan mulai menahan pencairan dana karena khawatir dengan stabilitas politik dan keamanan.

Akibatnya, banyak usaha kecil yang terpaksa menunda rencana ekspansi. Tidak sedikit pula yang memilih bertahan dengan stok seadanya, menunggu situasi kembali kondusif.

Dampak Humanis: Usaha Kecil Bertahan di Tengah Ketidakpastian

Di balik angka-angka kerugian, kisah para pelaku UMKM sesungguhnya menyimpan pelajaran penting. Mereka adalah tulang punggung ekonomi rakyat, namun paling rentan terhadap guncangan sosial-politik.

Ketika pusat perbelanjaan besar masih bisa bertahan dengan cadangan dana, pelaku UMKM hanya mengandalkan modal harian. Jika sehari rugi, maka sulit bagi mereka menutup biaya operasional, membayar pekerja, bahkan membawa pulang uang untuk keluarga.

Harapan Pelaku UMKM

Meski situasi berat, para pelaku UMKM masih menyimpan harapan. Mereka berharap pemerintah tak hanya fokus pada isu politik, tetapi juga memberi perhatian serius terhadap nasib usaha kecil.

“Kami butuh kepastian. Kalau bisa ada jaminan keamanan, akses barang lancar, dan mungkin insentif kecil dari pemerintah. Kami ini usaha kecil, tapi banyak keluarga bergantung,” kata Siti penuh harap.
 

Demonstrasi besar memang sering dipandang sebagai dinamika politik. Namun, di balik kericuhan dan angka kerugian, ada wajah-wajah lelah para pedagang kecil yang berjuang mempertahankan hidup.

UMKM adalah denyut nadi ekonomi Indonesia. Ketika mereka terpukul, sejatinya masyarakat luas juga ikut terdampak. Pertanyaan yang muncul: seberapa cepat pemerintah bisa memulihkan situasi agar pelaku usaha kecil kembali bisa bernafas lega?

Post a Comment

Previous Post Next Post