Dari atas perahu Pacu Jalur, gerakan Rayyan mengalirkan energi budaya yang viral hingga ke India, Filipina, dan Eropa. Ini bukan sekadar tarian—ini kekuatan budaya otentik.
Kuantan Singingi, Riau – Sebuah video sederhana yang menampilkan seorang bocah laki-laki menari di atas perahu saat Festival Pacu Jalur, tiba-tiba menjadi sorotan global. Bocah itu adalah Rayyan Arkan Dikha, 11 tahun, warga Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Aksinya yang ekspresif dan penuh semangat telah menjadikannya viral di berbagai platform media sosial.
Rekaman tersebut pertama kali diunggah oleh akun TikTok lokal, namun dalam hitungan hari, videonya telah diputar ulang jutaan kali, diremix dengan musik, dan menyebar hingga ke India, Filipina, dan negara-negara di Eropa
Tari di Atas Perahu, Energi yang Menular
Dalam video berdurasi 30 detik tersebut, Rayyan terlihat menari dengan gerakan penuh semangat di atas perahu pacu, sembari mendampingi tim dayungnya yang sedang bertanding. Dengan kostum tradisional dan ekspresi jenaka, gerakan Rayyan dinilai sangat natural dan energik—mengundang gelak tawa sekaligus kekaguman.
Gerakan itu kini dikenal sebagai “Aura Farming” Dance, istilah yang diberikan oleh netizen internasional karena dianggap menyebarkan “energi positif”.
“Awalnya saya hanya ingin menghibur tim. Nggak nyangka bisa viral,” ujar Rayyan saat ditemui usai latihan sore bersama komunitas pemuda kampungnya, Minggu (28/7).
Dari Festival Daerah ke Panggung Dunia Digital
Festival Pacu Jalur adalah tradisi tahunan masyarakat Kuansing yang sudah ada sejak zaman kolonial. Dalam festival tersebut, perahu panjang yang dihias dengan ornamen khas Melayu berlomba di sungai Batang Kuantan. Biasanya, atraksi pendamping seperti musik, yel-yel, dan tarian menjadi bagian dari semarak festival.
Namun tahun ini, perhatian publik justru terpusat pada Rayyan.
Video tariannya masuk ke jajaran trending di TikTok India, bahkan beberapa selebriti Bollywood dan influencer luar negeri ikut menirukan gerakannya. Platform seperti YouTube Shorts dan Reels pun dipenuhi dengan versi remix dari tarian Rayyan.
Pemprov Riau: “Rayyan Adalah Duta Budaya Kita”
Menanggapi fenomena ini, Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pariwisata menyatakan dukungan penuh kepada Rayyan.
“Rayyan bukan hanya viral. Dia telah menunjukkan bagaimana budaya lokal bisa bersaing secara global. Kami akan mengangkatnya sebagai Duta Budaya Riau dan menjadikannya ikon promosi wisata daerah,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Riau, Muhammad Firdaus, dalam keterangan persnya.
Langkah ini dinilai strategis untuk membangkitkan potensi wisata budaya yang selama ini kurang terekspos di kancah internasional.
Budaya Lokal, Potensi Digital Global
Fenomena Rayyan menguatkan satu fakta penting: era digital telah menghapus batas panggung budaya. Tradisi yang dulunya hanya dikenal di tingkat lokal kini bisa menjangkau audiens global—asal dikemas dengan jujur, ekspresif, dan menyentuh sisi emosional penonton.
Pakar media sosial, Dedi Prianto, menilai bahwa viralitas Rayyan bukan semata karena algoritma, tapi karena resonansi nilai-nilai budaya dan ketulusan ekspresi.
“Dia tidak dibuat-buat. Tidak settingan. Justru itu kekuatannya. Konten seperti ini lebih berumur panjang dibanding tren viral instan,” jelasnya.
Dari Kampung untuk Dunia
Kini, nama Rayyan Arkan Dikha bukan sekadar viral di internet. Ia menjadi simbol dari kekuatan budaya lokal yang mampu menembus panggung global. Sebuah pengingat bahwa dalam dunia yang serba digital ini, identitas dan akar budaya tetaplah nilai jual yang paling berharga.
Rayyan tak sedang mengejar popularitas. Ia hanya menari—dengan hati.
Dan dunia... memperhatikannya.